Khotbah dari
Kitab Yeremia
Setia ditengah
situasi sulit (Yeremia 44:22-30).
Shallom
Saudara-Saudara yang terkasih dalam Tuhan,
seorang hamba Tuhan yang bernama Pdt Eka Darmaputera, menjelang akhir
hidupnya, menulis surat terakhir sebelum maut menjemputnya, tulisan itu
berkata, “Hidup didalam Tuhan tidaklah menyenangkan, namun IA tidak pernah
mengecewakan.” Pernyataan ini timbul
dari rasa penderitaan yang beliau alami karena penyakit kanker hati yang
beliau alami selama bertahun-tahun.
Jika seorang hamba Tuhan Pdt Eka Darmaputera bisa berkata seperti itu,
bisakah kita mengatakan hal yang sama saat kita mengalami penderitaan hidup? Apakah kita memilih setia kepada Tuhan atau
justru ingin meninggalkan Tuhan?
Hal yang
sama terjadi pada nabi Yeremia, profil hamba Tuhan yang melayani bangsanya
namun penghargaan ataupun berkat tidak ia alami selama melayani sebagai nabi
bagi bangsa Yehuda selama 40 tahun.
Tidak cukup sampai di situ, ketika bangsa Yehuda dihancurkan dan
rakyatnya sebagian besar diangkut ke Babel, sementara yang lain ditinggal di
Yerusalem, Yeremia tetap tidak menerima penghargaan pada masa akhir
pelayanannya. Ia tidak dapat
meyakinkan perasaan umat yang masih tinggal untuk percaya kepada Allah,
bahkan ia dipaksa untuk menyertai mereka ke Mesir, nampaknya semua pelayanan
beliau sia-sia.
Hari ini
kita akan mendengar berita penghiburan Tuhan melalui Yeremia pada umat yang
tetap membangkang dan pergi ke Mesir dalam Yeremia 44:22-30. Melalui pemberitaan ini kita akan belajar
bagaimana seharusnya sikap yang benar sebagai seorang umat Tuhan ketika
menghadapi pencobaan.
Nats yang
kita baca adalah nubuatan terakhir nabi Yeremia dalam tugasnya sebagai nabi
atas Yehuda dan bangsa-bangsa, dan sayangnya di masa pelayanannya yang
terakhir pun, Yeremia tidak mendapatkan buah
pelayanan yang manis, berkali-kali beliau mengalami pahit demi pahit
peristiwa demi peristiwa, padahal ia berdiri dan menyuarakan kebenaran
disepanjang pelayanannya sebagai nabi.
Namun hari ini kita akan belajar dua hal, mengapa Allah ingin Yeremia
tetap berharap dan percaya bahwa IA adalah Allah yang setia. Hal-hal yang dapat kita pelajari adalah Allah ingin menyatakan bahwa IA tidak
ingkar janji (ay28) dan Allah
ingin mendidik kita untuk tetap setia, sekaligus percaya kepadaNya (ay23).
1. Melalui penderitaan, Allah ingin menyatakan bahwa
IA tidak ingkar janji.
Dalam ayat ke-28 yang
berbunyi, “Hanya beberapa orang yang terluput dari padang-jumlahnya
kecil-yang akan kembali dari tanah Mesir ke tanah Yehuda. Maka seluruh sisa Yehuda yang telah pergi
ke Mesir untuk tinggal sebagai orang asing di sana akan mengetahui perkataan
siapa yang terwujud, perkataan-Ku atau perkataan mereka.”. Firman ini datang disaat perkataan
Yeremia yang pertama bahwa Yerusalem akan ditaklukan Babel sudah terwujud, jika mereka tahu kehendak Tuhan bahwa
penghukuman ini datang karena pemberontakan dan kedegilan hati mereka karena
tidak setia mengasihi Allah dan melakukan perintah-perintahNya.
Sementara
yang terjadi umat tidak berubah, masih menganggap bahwa berita yang Yeremia
sampaikan tentang jangan menaruh kepercayaan akan perlindungan Tuhan karena
adanya bait suci (26:6-7), dan pada akhirnya bait suci diruntuhkan, maka hal
pemaksaan Yeremia untuk diajak paksa ke Mesir nampaknya mempunyai motivasi
yang sama, yakni umat yang tersisa di tanah Yehuda pasca diangkutnya
sebagian besar penduduk dan penguasa ke tanah Babel, percaya bahwa apabila
perjalanan mereka ke Mesir disertai oleh Nabi Tuhan, maka mereka mendapat
perlindungan dari Tuhan. Dan Allah sungguh-sungguh tidak menyukai
konsep ini. Mengapa? Karena bukan Yeremia yang menyebabkan
semuanya itu terjadi, tapi sepenuhnya karena kehendak Tuhan.
Sebagai
umat Tuhan, yang notabene sudah mengenal siapa Tuhannya, bagaimana sifatNya,
dan sebagainya? Sudah seharusnya kita
mulai menyadari bahwa Allah berdaulat melakukan segala sesuatu, ini
benar. Tapi tujuan Allah dalam segala
tindakan-tindakan yang dilakukanNya adalah supaya kita menyadari bahwa semua
perkataan Allah adalah benar, dan pasti.
Namun seberapa sering kita masih menanyakan segala
keputusan-keputusanNya?
Marilah
kita bertobat dan memperbaiki semua kesalahan kita, sebab Allah yang kita
sembah bukanlah Allah yang ingkar janji, sehingga semua firman yang kita
baca, firman yang kita dengar dan pikirkan, serta firman yang kita lakukan,
itulah yang membawa berkat atas hidup kita, bukan kutuk.
Suatu
hari ada seorang anak kecil yang nakal yang selalu menyakiti hati ibunya,
dengan berkata aku menyesal karena lakukan kesalahan ini, dan sang ibu
menghukumnya, setelah selesai masa penghukuman itu, si Ibu berkata,”aku
mengasihimu, nak!” namun si anak tidak percaya dan dalam hatinya ia berkata
bahwa si Ibu jahat, sebab itu, ia mengulangi kesalahan tersebut di kemudian
hari, dan berkali-kali seperti itu.
Sampai pada akhirnya, anak ini tidak menghiraukan nasehat ibunya untuk
tidak naik sepeda dulu di jalan raya depan rumahnya, karena saat itu arus
lalu-lintas kendaraan sangat padat sekali, namun sekali lagi anak ini tidak
mau mendengarkan. Tiba-tiba brakkk, tabrakan kera terjadi, dan
anak ini harus diamtar ke rumah sakit, sebab mengalami pendarahan yang hebat,
anak ini kekuarangan darah, sang ibu begitu mendengar berita tersebut
langsung mnuju ke rumah sakit dan menawarkan diri untuk jadi pendonor bagi
anaknya, sampai akhirnya sang ibu
menghembuskan nafas terakhirnya demi menyelamatkan anaknya yang terkasih.
Pengorbanan teringgi seseorang bukan hanya nyawa,
melainkan juga kesetiaan dan ketaatan pada segala perintah orang-orang yang
kita kasihi.
2. Melalui penderitaan, Allah ingin kita untuk
memilih tetap setia mengasihiNya serta mentaati seluruh perintahNya.
Di dalam ayat yang ke 23,
Allah berkata melalui Yeremia, bahwa yang Allah kehendaki adalah setia dan
taat. Didalam bahasa Ibrani, kata ini
menggunakan kata shamma, artinya
bisa mendengarkan,bisa juga mentaati, namun
kedua aktivitas tersebut dapat terjadi hanya pada kondisi saat seseorang berfokus penuh pada mengasihi
Tuhan. Dalam literatur Yunani,
menggunakan kata pistis, percaya
dan kesetiaan. Dalam hal ini, Allah
tidak minta banyak hal pada orang Yehuda, hanya setia kepadaNya, namun hal
ini pun sangat sulit terealisasi.
Bagaimana
dengan kita, umat Tuhan yang hidup pada masa kini, apakah kita masih berkeras
hati dan tidak mau bertobat dari segala jalan hidup kita yang jahat dan mulai
kembali pada Allah? Hendaknya kita
menyadari dan bertobat, sehingga Allah senantiasa memimpin kehidupan kita
dengan cara menunjukkannya dengan ketatan kita melaksanakan segala perintah
Allah.
Melalui
pemberitaan ini hendaknya kita belajar bahwa, penderitaan Allah izinkan terjadi ditengah-tengah umatNya karena
Allah ingin menunjukkan bahwa segala perkataanNya adalah benar, dan Allah
ingin kita memilih untuk tetap setia, sekaligus mentaati segala perintah
Allah.
Untuk
meresponi berita firman Tuhan, marilah kita bangkit dari tempat duduk kita
masing-masing, kita buka hati kita dan menyerahkan segala pergumulan dan
keberadaan kita kepada sang penjunan hidup kita, sebab Yeremia berkata,
“Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya
sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan…Diberkatilah orang yang
mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!” (Yer 17:5 dan
7). Mari kita naikkan pujian bagi
Tuhan dengan nyanyian “Tuhan Pasti Sanggup”.
Amin.
|
Ilustrasi
Profil Tokoh
(Latar Belakang)
Amanat Khotbah
Latar Belakang Historis
Pesan Khotbah
Poin Khotbah
Latar Belakang
Latar Belakang
Aplikasi
Ajakan
Ilustrasi
Kata-kata bijak
Poin 2
Latar Belakang
Aplikasi
Kesimpulan
Altar Call
Penutup
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar