Jumat, 11 September 2015

1 dan 2 Samuel



Kitab I dan II Samuel
Kepenulisan Kitab
Kedua kitab ini tidak diketahui siapa penulisnya.  Ajaran Talmud ( T.B Baba Bahtra)  mengaitkan penulis kitab Samuel  (Bentuk Tunggal) bersama Kitab Hakim – hakim kepada Samuel sendiri.  Namun, karena kematiannya tercatat dalam 1 Samuel 25: 1, maka sampai sekarang tak seorangpun menerima secara serius anggapan seperti itu.  Rupanya Samuel memang menulis tentang kehidupan Daud dalam satu karya yang dikenal sebagai riwayat Samuel memang tertulis ( I Taw 29:29), namun berdasarkan itu banyak sarjana berpendapat  kitab-kitab Samuel ditulis oleh orang yang terlibat dalam kejadian-kejadian itu sendiri(atau seorang saksi mata).  Bagaimanapun juga faktanya tetap bahwa kita tidak menetahui siapa penulis Kitab I dan II Samuel.[1]
Waktu Penulisan
Nama Samuel memang cocok dengan kitab-kitab ini karena dialah tokoh terpenting dalam fasal-fasal ini pertama dan dialah yang mengurapi baik Saul maupun Daud, yang menjadi tokoh-tokoh terpenting dalam sisa kitab-kitab tersebut.  Namun demikian, judul itu tidak berarti bahwa Samuel adalah penulisnya karena hal ini tidaklah mungkin sebab pada 1 Samuel 25:1 telah tercatat bahwa Samuel telah meninggal, sedangkan masih ada beberapa pasal 1 Samuel dan II Samuel yang belum dituliskan.[2]
Beberapa bagian dari kedua kitab Samuel mungkin telah ditulis orang-orang yang mengamati secara dekat kejadian-kejadian di dalamnya(sekitar Tahun 1050-970 sM), seperti telah ditekankan di atas.  Namun,ada petunjuk-petunjuk misalnya, keteranga tentang raja-raja Yehuda dalam 1Samuel 27:6 bahwa bentuk terakhir kedua kitab tersebut belum tersusun setidak-tidaknya sampai waktu tertentu setelah kerajaan terpecah (kira-kira tahun 930 sM), bahkan mungkin sampai abad-abad berikutnya.  Karena di sana tidak ada keterangan secara jelas tentang kejatuhan samaria, maka tanggal penyusunnya kedua kitab ini terarah ke periode antara 930 dan 723 sampai 722 sM.[3]
Masa Kehidupan
Samuel
Samuel adalah keturunan dari Elkana bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim(1 Samuel 1:1).  Samuel yang adalah seorang nabi yang dengan setia kepada TUHAN dalam hidupnya yang kesehariannya bersifat sebagai seorang yang jujur(1 Samuel 3: 18;12:3-5) dan di dalam menjalankan keseharian adalah seorang yang kebiasaannya adalah rajin berdoa, bagi Samuel jikalau lalai dalam hal berdoa adalah dosa(1.Samuel 12:23) dan dalam kesehariannya karakter Samuel baik dalam bekerja sebagai hakim, Nabi dan imam.  Ia berani membunuh raja Agag musuh Israel yang diperintahkan TUHAN, tetapi Agag dibebaskan oleh Saul (1 Sam 15: 32,33) Samuel memiliki karakter adil sebagai hakim, nabi dan imam dan ia adalah seorang pemberani yang berani (1 Sam 15:32,33) Namun sayangnya ia tidak bisa mendidik anaknya dengan baik, mereka suka menerima suap, memutar balikan keadilan, dan mengejar laba (1 Sam 8:3)[4]
Saul
Saul adalah keturunan dari Kisy bin Abiel, bin Zeror, bin Bekhorat, bin Afiah, seorang dari suku benyamin(1 Samuel 9:1).  Saul yang sikapnya rendah hati, dan menyatakan dirinya tidak layak menjadi raja(1 Sam 9:21;10:21-22) dan Saul adalah seorang yang beriman kepada TUHAN dan Saul sebagai raja ia bersikap sederhana, tidak bermewah-mewahan dalam hidupnya dan ia berani menghadapi musuh, diantaranya mengalahkan orang Amon, orang Moab, orang Edom, Raja-raja negeri Zoba, dan Orang Filistin akan tetapi ketika raja Saul bersikap murah hati terhadap musuhnya(1 Sam 11:12,13) terjadi kemerosotan dan kemunduran imannya kepada TUHAN dan akibatnya ia ditolak oleh TUHAN dan karena hal ini yang mengambarkan watak Raja Saul wataknya muda tergoda, suka bersikap murung dan pendiriannya gampang goyah.[5]
Daud
Daud adalah anak dari pada isai yang berasala dari pada suku Yehuda(1 Samuel 17:12) Daud bersandar pada Tuhan dalam hidupnya dan percaya Tuhan selalu menyertainya(1 Sam 17:26,34-37) dan ia berwatak berani dan pandai bicara.(1 Sam 16:18)dan Daud bersikap hormat dan patuh pada ayahnya,(1 Sam 17:17-20). Dan ia juga menyayangi anaknya.  Sebelum menjadi raja bertahun –tahun Daud mengalami kesulitan dan pencobaan dari tangan saul.  Tetapi Daud sebagai seorang manusia memiliki kelemahan yang membuat sehingga dia jatuh dalam dosa perzinahan dengan betsyeba(2 Sam 11) dan ketika Daud mengakui dosa berzinahnya saat nabi Natan menegurnya dan ia menyesali dosanya dan sungguh bertobat(Maz:51).  Dan ia menerima akibat perbuatannya.[6]
Politik, Sosial dan Budaya
Secara politik Israel masih menganut paham Theokrasi.  Namun saat Samuel dewasa, Israel menuntut seorang raja di antara mereka (1Sam 8:7).  Penobatan Saul sebagai raja merupakan permulaan dari sistem Monarki di Israel dan pada saat itupun perkembangan secara sosial Israel secarah teritorial berada pada Posisi memperbesar kerajaan karena Israel berada pada jalur sutra sehingga Mesopotamia dan Mesir berada dalam posisi yang tidak memungkinkan untuk mengamati negeri-negeri yang jauh di luar perbatasan.  Ancaman Israel berasal dari Filistin karena mereka saling berebut wilayah kekuasaan.[7]
Keagamaan
Menurut tradisi Samuel berkarya sebagai petugas ibadah(Imam) di tempat suci silo.[8]  Dan bagaimana peti itu sampai di silo tidak di ceritakan.  Tetapi jelaslah Silo menjadi semacam “Pusat keagamaan” bagi semua suku.[9]  Dalam pemerintahan Daud selanjutnya.  Daud mengambil keputusan untuk membawa Tabut perjanjian dari Kiryat-Yearim ke Yerusalem.  Dengan demikian Yerusalem menjadi pusat agama Israel.[10]  Dan Daud yang mengatur para imam dan orang lewi agar dapat memberi pelayanan yang baik dalam upacara-upacara agama bagi seluruh umat Israel.[11]  Hal inilah yang mengambarkan dari masa Samuel sampai pemerintahan Daud keagamaan bangsa Israel adalah berfokus kepada Allah Israel.
Tujuan Penulisan
Tujuan utama bersifat teologis.  Sebagimana Kitab Kejadian menceritakan sejarah penetapan perjanjian Abraham, maka Kitab Samuel menceritakan sejarah penetapan perjanjian Daud.  Dan tujuan lain dari penulis adalah menunjukan pada pembaca bahwa Daud bukan seorang perebut taktah, tetapi dengan saksama telah menjauhi tindakan apapun yang melawan seisi rumah Saul.[12]  Dan kitab-kitab ini mengisahkan sejarah Israel mulai dari masa hakim-hakim sampai dengan tahun-tahun terakhir Daud, raja Israel yang kedua dan yang terbesar( Kira-kira th 1075 s/d 970 B.C).[13]
Garis-Garis Besar
I. Tradisi Silo (I Samuel 1:1-4:1a)
II. Kisah Tabut ( I Samuel 4:1b-7:1)
III. Hal berdirinya Kerajaan (I Samuel 7:2-12:25)
IV. Pemerintahan Saul (1 Samuel 13-15)
V. Daud semakin berukuasa (I Samuel :16:1-11;5:10)
VI. Keberhasilan-Keberhasilan Daud (II Samuel 5:11;9:13)
VII. Kegagalan-kegagalan Daud( II Samuel 10-20;21-24)
Tema-Tema Utama
Tabut Perjanjian
Tabut perjanjian merupakan peralatan keagamaan yang paling penting bagi Israel.  Tabut ini dibuat di Sinai di bawah pengawasan Musa, Pernyataan kehadiran Yahweh di tengah-tengah mereka.
Sayang sekali kadang-kadang Tabut ini disalah gunakan demikian.  Contoh yang paling terkemuka dari penyalah gunaan ini, tercatat dalam I Samuel 4,II Samuel 6:10-16.  Akan tetapi Tuhan tidak akan mengizinkan tindakan manipulasi seperti itu.  Tuhan sendiri yang mengatur keluar masuknya Tabut Perjanjian.  Tabut perjanjian itu tidak direbut malainkan meninggalkan Israel(I Samuel 4:21)
Jabatan Raja
Dari segi pandangan alkitabiah, jabatan raja atas Israel merupakan hak istimewa Yahwe(Hak 8:23; I Samuel 8:7;12:12).  Fungsi raja adalah keadilan, baik dalam pengertian domestik dalam masyarakat maupun dalam pengertian internasional melalui kekuatan militer yang efektif.  Tuhan membangkitkan dan memberikan kuasa kepada orang-orang tertentu untuk melaksanakan tujuan ini.  Pada hakikatnya tidak ada yang salah dalam bentuk pemerintahan morakhi.
Tetapi pengharapan mereka bahwa seorang raja manusia dapat berhasil dan mereka menganggap Tuhan suda gagal.  Saul dipilih sebagai raja orang yang akan “memimpin kami dalam perang(I Samuel 8:20).  Bahwa pandangan ini pada akhirnya salah ditunjukan dalam I Samuel 17.  Di sana kita mengetahui bahwa Saul tidak bersedia untuk berperang bagi umat Israel, sehingga ia menawarkan hadia bagi siapa yang maju berperang melawan Goliat.
Sebaliknya raja yang benar –Daud – menyadari sepenuhnya bahwa Tuhanlah yang berperang bagi mereka(I Samuel 17:37,46).  Monarkhi yang sebenarnya masih harus berfungsi sebagai suatu teokrasi dan bukannya mengantikannya.  Raja harus dianggap sebagai kepala atas kerajaan Teokratis Allah di bumi.

Perjanjian Daud
Apa yang Tuhan janjikan pada Daud?  Pertama,Tuhan berjanji untuk menajdikan nama Daud besar(II Samuel 7:9).  Ini serupa dengan perjanjian Abraham (Kej 12:2), jadi segera saja terlihat adanya persamaan di antara dua perjanjian besar ini.  Kedua Tuhan .menjanjikan suatu tempat di mana ia akan menanamkan Israel( I Sam 7:10 dan sekali lagi kita melihat persamaan dengan janji untuk memberi suatu negeri kepada Abraham.  Janji selanjutnya untuk menjadikan negeri itu suatu tempat yang aman(II Sam 17:10-11).
Apakah perjanjian itu bersyarat ataukah tidak bersyarat? Seringkali dianggap bahwa tidak ada persyaratan apa pun yang ditetapkan untuk perjanjian di II Samuel 7.  Ini hanya berarti bahwa janji-janji yang dibuat kepada Daud tidak bersyarat.
Apakah Pengaruh dari Perjanjian tersebut terhadap sejarah Umat Israel Secara Keseluruhan?  Pengharapan bahwa suatu hari kelak seorang raja dari keturunan Daud akan datang yang akan memenuhi semua syarat dan mendatangkan pemulihan bagi perjanjian Daud sepenuhnya adalah dasar teologi Mesias yang kita lihat dalam kitab nabi-nabi.
Penilaian Mengenai Saul
Saul seringkali dilihat sebagai seorang yang tersiksa oleh rasa cemburu dan penyakit jiwa.  Pada awal kitab I Samuel 18-30.  Saul di gambarkan sebagai seorang yang pemalu,tulus hati, dan menyenangkan.  Dia diketengahkan sebagai seorang yang dengan sendirinya akan dipilih oleh orang banyak sebagai raja.  Tetapi bahkan sebelum kejadian ini sudah terjadi terdapat tanda-tanda bahwa keadaan tidak beres.  Rupanya kegagalan Saul disebabkan karena tidak ada kesadaran rohani.  Dia tulus hati tapi dangkal.
Penilaian Mengenai Daud
Sebagaimana Saul cenderung dipandang rendah oleh para pembaca Alkitab pada zaman dahulu dan sekarang, maka Daud sering kali disanjung-sanjung sebagai seorang tokoh rohani yang hebat.  Berlawanan dengan Saul, tidak dapat diragukan lagi bahwa hati Daud condong kepada Allah, dan bahwa ia memiliki kepekaan rohani, dan pengertian teologis.
Namun Daud melakukan sejumlah kesalahan yang serius.  Ini terjadi bukan karena ketidaktahuannya akan hal yang benar, tetapi karena dorongan hati yang demikian mendesak oleh kebutuhan sesaat sehingga ia tidak memikirkan akibat-akibatnya.[14]
Teologi Kitab I dan II Samuel
Pembenaran Atas Kerajaan Daud
Janji-janji akan memiliki kerajaan(raja-raja) diberikan kepada para leluhur(Kej:17:6,16;35:11;49:8-12), dan catatan dalam Kitab Hakim-Hakim dan Rut yang mengatisipasi datangnya kerajaan tersebut, kini digenapi dalam I dan II Samuel.  Fungsi kitab Samuel ialah menunjukan transisi(yang sedikit keras) dari konfederasi kesukuan menjadi kerajaan Daud.[15]  Bersama-sama II Samuel 7 memberikan pembenaran teologis bagi transisi ini, sebab permintaan Israel akan seorang raja telah menimbulkan dosa(I Sam 8).  Bukannya Allah tidak menghendaki mereka memiliki raja.  Sebenarnya, bentuk kerajaan merupakan bagian dari rencana-Nya sejak semula.  Namun, yang dituntut Israel bukanlah system kerajaan yang patut, di mana Allah tetap memegang kedaulatan tertinggi atas mereka sebagai Allah dan panglimanya.  Dan itulah yang menjadi dasar bagi putusan-putusan yang diambilnya berkaitan dengan dosa-dosa mereka.[16]
Akibat-Akibat dari Dosa
Tema tentang akibat-akibat dari dosa bisa ditemukan pada hamper setiap kitab di Alkitab, namun dalam Kedua Kitab Samuel hal ini sangat menonjol.  Dapat dilihat keseluruhan Kitab I dan II Samuel menceritakan kemerosotan tokoh-tokohnya yang secara beruntun diikuti naiknya tokoh-tokoh lain.  Dalam beberapa hal setiap kemerosotan tokoh ini disebabkan oleh dosanya.
Contoh, pada bagian awal kitab I dan II Samuel, tokoh Eli dan Samuel dikontraskan.  Kejahatan anak-anaknya dipandang sebagai penyebab utama kemerosotan Eli.  Pasal 2-3 memberikan komentar-komentar positif tentang pelayanan Samuel maupun pertumbuhannya di hadapan Allah.  Ini terdapat dalam 2:11,18,21,26,3:1,19. Dan akhirnya membuat para tua-tua tidak menginginkan mereka menjadi hakim atas Israel dan justru meminta seorang raja dengan cara dan motifasi yang salah.
Kedaulatan Allah
Ada kait-mengait dalam seluruh pembahasan mengenai system kerajaan dan konsekuensi dari dosa, serta dalam kisah-kisah keperkasaan Daud, yang bersumber dari kemahakuasaan Allah.  Pada akhirnya,  Dialah yang mengendalikan semua.  Dia menyerahkan orang Filistin dan orang Amon ke dalam tangan Samuel(1 Sam 7:9-14), ke tangan Saul (11:6,13), ke tangan Yonatan (14:12,15,24), dan berkali-kali ketangan Daud.  Pilihan Allah atas Daud.  Pilihan Allah atas Daud sebagai raja didukung pemeliharaan-Nya atas dia dalam menghadapi banyak pertempuran.  Sungguh, detail yang berbelit-belit tentang intrik dan pelarian yang kita lihat ketika Daud menjadi buronan yang kadang-kadang membuat kehilangan akal sekaligus boyak adalah untuk menunjukan peningkatan popularitas Daud dan perlindungan Allah yang terus-menerus terhadapnya(18-30).[17]
Ajaran-Ajaran Pokok
Keberhasilan Samuel di dalam pelayanan merupakan hasil dari kesetiaan pada panggilan, suka berdoa dan tidak kompromi dengan dosa.  Dia merasa bahwa doa merupakan suatu hak istimewa dan kewajiban(7:5-9).  Bahkan dia menganggap kelalaian dalam hal kepada umat bahwa kelalaian dalam berdoa merupakan dosa(12:23).[18]
Saul memulai pemerintahannya dengan rendah hati, sabar, tetapi diakhiri dengan kesombongan dan menolak Firman Allah. Ini adalah penyebab kegagalannya.  Ketika Samuel menegur Saul atas ketidak taatannya tetapi tidak bertobat dengan sungguh-sungguh.  Dia hanya tidak ingin dibuat malu didepan rakyatnya karena ditinggalkan Samuel akibat dosa itu.  Oleh karena itu, Tuhan menolak Saul dari jabatan raja atas bangsa Israel.[19]
Daud sebelum dia menjadi raja bertahun – tahun Daud mengalami kesulitan pencobaan dari tangan saul, pengalaman – pengalaman ini membuat daud lebih percaya kepada Allah dan hal ini membuat dia bergantung seutuhnya kepada Allah dan membuat dia menjadi orang dewasa Rohani.  Tetapi Daud sebagai seorang manusia juga mempunyai kelemahan yang menyebabkan ia jatuh dalam dosa berzinah dengan batsyebah(II Sam 11).  Walaupun kemudian dia sungguh-sungguh bertobat(maz 51), akibat-akibat kesalahan itu sangat besar dan membawa kemalangan baik bagi keluarga Daud sendiri, maupun bagi umat Israel pada umumnya.[20]

Kesimpulan
Apapun yang telah direncanakan manusia tetaplah rencana Allah yang berdaulat atas setiap umatnya karena setiap rencana Allah merupakan berkat atas umatnya dan setiap manusia tetap memiliki natur dosa dan dosa mendatangkan konsekuensi yang harus ditanggung oleh pelakunya.




DAFTAR PUSTAKA
Hill. Andrew E. John H. Walton. Survei Perjanjian Lama. Malang: Yayasan Gandum Mas, 2008.

Weiden. Wim van der. I.Suharyo. Pengantar kitab suci Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius, 2000.

Ofm. C. Groenen. Pengantar ke Dalam Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius,1992.

Blommendaal J. Pengantar kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia,1983.

Schultz. Samuel J. Pengantar Perjanjian Lama Taurat dan Sejarah. Malang: Gandum Mas,1979.

Green. Denis. Pengenalan Perjanjian Lama. Malang: Yayasan Gandum Mas,1984.

Howard. David M. Jr. Kitab-Kitab Sejarah. Malang: Yayasan Gandum Mas,2009.

Sosipater. DR. Karel. Etika Perjanjian Lama. Jakarta:Suara Harapan Bangsa,2010.


[1] David M. Howard Jr, Kitab-Kitab Sejarah (Malang: Yayasan Gandum Mas,2009), 175

[2] Denis Green, Pengenalan Perjanjian Lama (Malang:Yayasan Gandum Mas,1984) ,87
[3] Howard Jr., 178

[4] DR. Karel Sosipater,Etika Perjanjian Lama(Jakarta:Suara Harapan Bangsa,2010), 274
[5] Sosipater., 276

[6] Ibid., 290
[7] Andrew E. Hill,John H. Walton,Survei Perjanjian Lama(Malang: Yayasan Gandum Mas,2008), 300

Wim van der Weiden, I.Suharyo, Pengantar kitab suci Perjanjian Lama(Yogyakarta: KANISIUS,2000), 33

[9] C. GROENEN OFM,Pengantar ke Dalam Perjanjian Lama(Yogyakarta: KANISIUS,1992), 147

[10] J. Blommendaal,Pengantar kepada Perjanjian Lama(Jakarta: BPK Gunung Mulia,1983) ,80

[11] Samuel J. Schultz,Pengantar Perjanjian Lama Taurat dan Sejarah(Malang: Gandum Mas,1979), 60

[12] Andrew E. Hill,John H. Walton,Survei Perjanjian Lama(Malang: Yayasan Gandum Mas,2008), 301
[13] Denis Green, Pengenalan Perjanjian Lama (Malang:Yayasan Gandum Mas,1984), 88
[14] Andrew E. Hill,John H. Walton,Survei Perjanjian Lama(Malang: Yayasan Gandum Mas,2008), 319
[15] David M. Howard Jr, Kitab-Kitab Sejarah (Malang: Yayasan Gandum Mas,2009), 195

[16] Ibid., 197
[17] Ibid. ,203

[18] Denis Green, Pengenalan Perjanjian Lama (Malang:Yayasan Gandum Mas,1984), 93
[19] Ibid.

[20] Ibid. ,94