Kitab
I dan II Samuel
Kepenulisan
Kitab
Kedua kitab ini
tidak diketahui siapa penulisnya. Ajaran
Talmud ( T.B Baba Bahtra) mengaitkan penulis kitab Samuel (Bentuk Tunggal) bersama Kitab Hakim – hakim
kepada Samuel sendiri. Namun, karena
kematiannya tercatat dalam 1 Samuel 25: 1, maka sampai sekarang tak seorangpun
menerima secara serius anggapan seperti itu.
Rupanya Samuel memang menulis tentang kehidupan Daud dalam satu karya
yang dikenal sebagai riwayat Samuel memang tertulis ( I Taw 29:29), namun
berdasarkan itu banyak sarjana berpendapat
kitab-kitab Samuel ditulis oleh orang yang terlibat dalam
kejadian-kejadian itu sendiri(atau seorang saksi mata). Bagaimanapun juga faktanya tetap bahwa kita
tidak menetahui siapa penulis Kitab I dan II Samuel.[1]
Waktu
Penulisan
Nama
Samuel memang cocok dengan kitab-kitab ini karena dialah tokoh terpenting dalam
fasal-fasal ini pertama dan dialah yang mengurapi baik Saul maupun Daud, yang
menjadi tokoh-tokoh terpenting dalam sisa kitab-kitab tersebut. Namun demikian, judul itu tidak berarti bahwa
Samuel adalah penulisnya karena hal ini tidaklah mungkin sebab pada 1 Samuel
25:1 telah tercatat bahwa Samuel telah meninggal, sedangkan masih ada beberapa
pasal 1 Samuel dan II Samuel yang belum dituliskan.[2]
Beberapa
bagian dari kedua kitab Samuel mungkin telah ditulis orang-orang yang mengamati
secara dekat kejadian-kejadian di dalamnya(sekitar Tahun 1050-970 sM), seperti
telah ditekankan di atas. Namun,ada
petunjuk-petunjuk misalnya, keteranga tentang raja-raja Yehuda dalam 1Samuel
27:6 bahwa bentuk terakhir kedua kitab tersebut belum tersusun setidak-tidaknya
sampai waktu tertentu setelah kerajaan terpecah (kira-kira tahun 930 sM),
bahkan mungkin sampai abad-abad berikutnya.
Karena di sana tidak ada keterangan secara jelas tentang kejatuhan
samaria, maka tanggal penyusunnya kedua kitab ini terarah ke periode antara 930
dan 723 sampai 722 sM.[3]
Masa Kehidupan
Samuel
Samuel
adalah keturunan dari Elkana bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang
Efraim(1 Samuel 1:1). Samuel yang adalah
seorang nabi yang dengan setia kepada TUHAN dalam hidupnya yang kesehariannya
bersifat sebagai seorang yang jujur(1 Samuel 3: 18;12:3-5) dan di dalam
menjalankan keseharian adalah seorang yang kebiasaannya adalah rajin berdoa,
bagi Samuel jikalau lalai dalam hal berdoa adalah dosa(1.Samuel 12:23) dan
dalam kesehariannya karakter Samuel baik dalam bekerja sebagai hakim, Nabi dan
imam. Ia berani membunuh raja Agag musuh
Israel yang diperintahkan TUHAN, tetapi Agag dibebaskan oleh Saul (1 Sam 15:
32,33) Samuel memiliki karakter adil sebagai hakim, nabi dan imam dan ia adalah
seorang pemberani yang berani (1 Sam 15:32,33)
Namun
sayangnya ia tidak bisa mendidik anaknya dengan baik, mereka suka menerima
suap, memutar balikan keadilan, dan mengejar laba (1 Sam 8:3)[4]
Saul
Saul
adalah keturunan dari Kisy bin Abiel, bin Zeror, bin Bekhorat, bin Afiah,
seorang dari suku benyamin(1 Samuel 9:1).
Saul yang sikapnya rendah hati, dan menyatakan dirinya tidak layak
menjadi raja(1 Sam 9:21;10:21-22) dan Saul adalah seorang yang beriman kepada
TUHAN dan Saul sebagai raja ia bersikap sederhana, tidak bermewah-mewahan dalam
hidupnya dan ia berani menghadapi musuh, diantaranya mengalahkan orang Amon,
orang Moab, orang Edom, Raja-raja negeri Zoba, dan Orang Filistin akan tetapi
ketika raja Saul bersikap murah hati terhadap musuhnya(1 Sam 11:12,13) terjadi
kemerosotan dan kemunduran imannya kepada TUHAN dan akibatnya ia ditolak oleh
TUHAN dan karena hal ini yang mengambarkan watak Raja Saul wataknya muda
tergoda, suka bersikap murung dan pendiriannya gampang goyah.[5]
Daud
Daud
adalah anak dari pada isai yang berasala dari pada suku Yehuda(1 Samuel 17:12) Daud bersandar pada Tuhan
dalam hidupnya dan percaya Tuhan selalu menyertainya(1 Sam 17:26,34-37)
dan ia berwatak berani dan pandai bicara.(1 Sam 16:18)dan
Daud
bersikap hormat dan patuh pada ayahnya,(1 Sam 17:17-20). Dan ia juga menyayangi
anaknya. Sebelum menjadi raja bertahun
–tahun Daud mengalami kesulitan dan pencobaan dari tangan saul. Tetapi Daud sebagai seorang
manusia memiliki kelemahan yang membuat sehingga dia jatuh dalam dosa
perzinahan dengan betsyeba(2 Sam 11) dan ketika Daud mengakui dosa berzinahnya
saat nabi Natan menegurnya dan ia menyesali dosanya dan sungguh
bertobat(Maz:51). Dan ia menerima akibat
perbuatannya.[6]
Politik,
Sosial dan Budaya
Secara politik Israel
masih menganut paham Theokrasi. Namun saat Samuel dewasa, Israel menuntut seorang raja di antara mereka
(1Sam 8:7). Penobatan Saul sebagai raja merupakan
permulaan dari sistem Monarki di Israel dan pada saat itupun perkembangan
secara sosial Israel secarah teritorial
berada pada Posisi
memperbesar kerajaan karena Israel berada pada jalur sutra sehingga Mesopotamia dan
Mesir berada dalam posisi yang tidak memungkinkan untuk mengamati negeri-negeri
yang jauh di luar perbatasan. Ancaman
Israel berasal dari Filistin karena mereka saling berebut wilayah kekuasaan.[7]
Keagamaan
Menurut tradisi
Samuel berkarya sebagai petugas ibadah(Imam) di tempat suci silo.[8] Dan bagaimana peti itu sampai di silo tidak
di ceritakan. Tetapi jelaslah Silo
menjadi semacam “Pusat keagamaan” bagi semua suku.[9] Dalam pemerintahan Daud selanjutnya. Daud mengambil keputusan untuk membawa Tabut
perjanjian dari Kiryat-Yearim ke Yerusalem.
Dengan demikian Yerusalem menjadi pusat agama Israel.[10] Dan Daud yang mengatur para imam dan orang
lewi agar dapat memberi pelayanan yang baik dalam upacara-upacara agama bagi
seluruh umat Israel.[11] Hal inilah yang mengambarkan dari masa Samuel
sampai pemerintahan Daud keagamaan bangsa Israel adalah berfokus kepada Allah
Israel.
Tujuan Penulisan
Tujuan utama
bersifat teologis. Sebagimana Kitab
Kejadian menceritakan sejarah penetapan perjanjian Abraham, maka Kitab Samuel
menceritakan sejarah penetapan perjanjian Daud.
Dan tujuan lain dari penulis adalah menunjukan pada pembaca bahwa Daud
bukan seorang perebut taktah, tetapi dengan saksama telah menjauhi tindakan
apapun yang melawan seisi rumah Saul.[12] Dan kitab-kitab ini mengisahkan sejarah
Israel mulai dari masa hakim-hakim sampai dengan tahun-tahun terakhir Daud,
raja Israel yang kedua dan yang terbesar( Kira-kira th 1075 s/d 970 B.C).[13]
Garis-Garis Besar
I. Tradisi Silo (I Samuel
1:1-4:1a)
II. Kisah Tabut ( I Samuel
4:1b-7:1)
III. Hal berdirinya Kerajaan (I
Samuel 7:2-12:25)
IV. Pemerintahan Saul (1 Samuel
13-15)
V. Daud semakin berukuasa (I
Samuel :16:1-11;5:10)
VI. Keberhasilan-Keberhasilan
Daud (II Samuel 5:11;9:13)
VII. Kegagalan-kegagalan Daud(
II Samuel 10-20;21-24)
Tema-Tema
Utama
Tabut
Perjanjian
Tabut
perjanjian merupakan peralatan keagamaan yang paling penting bagi Israel. Tabut ini dibuat di Sinai di bawah pengawasan
Musa, Pernyataan kehadiran Yahweh di tengah-tengah mereka.
Sayang
sekali kadang-kadang Tabut ini disalah gunakan demikian. Contoh yang paling terkemuka dari penyalah
gunaan ini, tercatat dalam I Samuel 4,II Samuel 6:10-16. Akan tetapi Tuhan tidak akan mengizinkan
tindakan manipulasi seperti itu. Tuhan
sendiri yang mengatur keluar masuknya Tabut Perjanjian. Tabut perjanjian itu tidak direbut malainkan meninggalkan
Israel(I Samuel 4:21)
Jabatan Raja
Dari segi
pandangan alkitabiah, jabatan raja atas Israel merupakan hak istimewa Yahwe(Hak
8:23; I Samuel 8:7;12:12). Fungsi raja
adalah keadilan, baik dalam pengertian domestik dalam masyarakat maupun dalam
pengertian internasional melalui kekuatan militer yang efektif. Tuhan membangkitkan dan memberikan kuasa
kepada orang-orang tertentu untuk melaksanakan tujuan ini. Pada hakikatnya tidak ada yang salah dalam
bentuk pemerintahan morakhi.
Tetapi
pengharapan mereka bahwa seorang raja manusia dapat berhasil dan mereka
menganggap Tuhan suda gagal. Saul
dipilih sebagai raja orang yang akan “memimpin kami dalam perang(I Samuel
8:20). Bahwa pandangan ini pada akhirnya
salah ditunjukan dalam I Samuel 17. Di
sana kita mengetahui bahwa Saul tidak bersedia untuk berperang bagi umat
Israel, sehingga ia menawarkan hadia bagi siapa yang maju berperang melawan
Goliat.
Sebaliknya
raja yang benar –Daud – menyadari sepenuhnya bahwa Tuhanlah yang berperang bagi
mereka(I Samuel 17:37,46). Monarkhi yang
sebenarnya masih harus berfungsi sebagai suatu teokrasi dan bukannya
mengantikannya. Raja harus dianggap
sebagai kepala atas kerajaan Teokratis Allah di bumi.
Perjanjian
Daud
Apa
yang Tuhan janjikan pada Daud?
Pertama,Tuhan berjanji untuk menajdikan nama Daud besar(II Samuel
7:9). Ini serupa dengan perjanjian
Abraham (Kej 12:2), jadi segera saja terlihat adanya persamaan di antara dua
perjanjian besar ini. Kedua Tuhan .menjanjikan
suatu tempat di mana ia akan menanamkan Israel( I Sam 7:10 dan sekali lagi kita
melihat persamaan dengan janji untuk memberi suatu negeri kepada Abraham. Janji selanjutnya untuk menjadikan negeri itu
suatu tempat yang aman(II Sam 17:10-11).
Apakah
perjanjian itu bersyarat ataukah tidak bersyarat? Seringkali dianggap bahwa
tidak ada persyaratan apa pun yang ditetapkan untuk perjanjian di II Samuel
7. Ini hanya berarti bahwa janji-janji
yang dibuat kepada Daud tidak bersyarat.
Apakah Pengaruh dari
Perjanjian tersebut terhadap sejarah Umat Israel Secara Keseluruhan? Pengharapan bahwa suatu hari kelak seorang
raja dari keturunan Daud akan datang yang akan memenuhi semua syarat dan
mendatangkan pemulihan bagi perjanjian Daud sepenuhnya adalah dasar teologi
Mesias yang kita lihat dalam kitab nabi-nabi.
Penilaian Mengenai Saul
Saul
seringkali dilihat sebagai seorang yang tersiksa oleh rasa cemburu dan penyakit
jiwa. Pada awal kitab I Samuel
18-30. Saul di gambarkan sebagai seorang
yang pemalu,tulus hati, dan menyenangkan.
Dia diketengahkan sebagai seorang yang dengan sendirinya akan dipilih
oleh orang banyak sebagai raja. Tetapi
bahkan sebelum kejadian ini sudah terjadi terdapat tanda-tanda bahwa keadaan
tidak beres. Rupanya kegagalan Saul disebabkan
karena tidak ada kesadaran rohani. Dia
tulus hati tapi dangkal.
Penilaian Mengenai Daud
Sebagaimana
Saul cenderung dipandang rendah oleh para pembaca Alkitab pada zaman dahulu dan
sekarang, maka Daud sering kali disanjung-sanjung sebagai seorang tokoh rohani
yang hebat. Berlawanan dengan Saul,
tidak dapat diragukan lagi bahwa hati Daud condong kepada Allah, dan bahwa ia
memiliki kepekaan rohani, dan pengertian teologis.
Namun
Daud melakukan sejumlah kesalahan yang serius.
Ini terjadi bukan karena ketidaktahuannya akan hal yang benar, tetapi
karena dorongan hati yang demikian mendesak oleh kebutuhan sesaat sehingga ia
tidak memikirkan akibat-akibatnya.[14]
Teologi Kitab I dan II Samuel
Pembenaran
Atas Kerajaan Daud
Janji-janji
akan memiliki kerajaan(raja-raja) diberikan kepada para
leluhur(Kej:17:6,16;35:11;49:8-12), dan catatan dalam Kitab Hakim-Hakim dan Rut
yang mengatisipasi datangnya kerajaan tersebut, kini digenapi dalam I dan II
Samuel. Fungsi kitab Samuel ialah
menunjukan transisi(yang sedikit keras) dari konfederasi kesukuan menjadi
kerajaan Daud.[15] Bersama-sama II Samuel 7 memberikan
pembenaran teologis bagi transisi ini, sebab permintaan Israel akan seorang
raja telah menimbulkan dosa(I Sam 8).
Bukannya Allah tidak menghendaki mereka memiliki raja. Sebenarnya, bentuk kerajaan merupakan bagian
dari rencana-Nya sejak semula. Namun,
yang dituntut Israel bukanlah system kerajaan yang patut, di mana Allah tetap memegang
kedaulatan tertinggi atas mereka sebagai Allah dan panglimanya. Dan itulah yang menjadi dasar bagi
putusan-putusan yang diambilnya berkaitan dengan dosa-dosa mereka.[16]
Akibat-Akibat dari Dosa
Tema
tentang akibat-akibat dari dosa bisa ditemukan pada hamper setiap kitab di
Alkitab, namun dalam Kedua Kitab Samuel hal ini sangat menonjol. Dapat dilihat keseluruhan Kitab I dan II
Samuel menceritakan kemerosotan tokoh-tokohnya yang secara beruntun diikuti
naiknya tokoh-tokoh lain. Dalam beberapa
hal setiap kemerosotan tokoh ini disebabkan oleh dosanya.
Contoh,
pada bagian awal kitab I dan II Samuel, tokoh Eli dan Samuel dikontraskan. Kejahatan anak-anaknya dipandang sebagai
penyebab utama kemerosotan Eli. Pasal
2-3 memberikan komentar-komentar positif tentang pelayanan Samuel maupun
pertumbuhannya di hadapan Allah. Ini
terdapat dalam 2:11,18,21,26,3:1,19. Dan akhirnya membuat para tua-tua tidak
menginginkan mereka menjadi hakim atas Israel dan justru meminta seorang raja
dengan cara dan motifasi yang salah.
Kedaulatan Allah
Ada
kait-mengait dalam seluruh pembahasan mengenai system kerajaan dan konsekuensi
dari dosa, serta dalam kisah-kisah keperkasaan Daud, yang bersumber dari
kemahakuasaan Allah. Pada akhirnya, Dialah yang mengendalikan semua. Dia menyerahkan orang Filistin dan orang Amon
ke dalam tangan Samuel(1 Sam 7:9-14), ke tangan Saul (11:6,13), ke tangan
Yonatan (14:12,15,24), dan berkali-kali ketangan Daud. Pilihan Allah atas Daud. Pilihan Allah atas Daud sebagai raja didukung
pemeliharaan-Nya atas dia dalam menghadapi banyak pertempuran. Sungguh, detail yang berbelit-belit tentang
intrik dan pelarian yang kita lihat ketika Daud menjadi buronan yang
kadang-kadang membuat kehilangan akal sekaligus boyak adalah untuk menunjukan
peningkatan popularitas Daud dan perlindungan Allah yang terus-menerus
terhadapnya(18-30).[17]
Ajaran-Ajaran Pokok
Keberhasilan Samuel di dalam pelayanan merupakan hasil
dari kesetiaan pada panggilan, suka berdoa dan tidak kompromi dengan dosa. Dia merasa bahwa doa merupakan suatu hak
istimewa dan kewajiban(7:5-9). Bahkan
dia menganggap kelalaian dalam hal kepada umat bahwa kelalaian dalam berdoa
merupakan dosa(12:23).[18]
Saul memulai pemerintahannya dengan rendah hati,
sabar, tetapi diakhiri dengan kesombongan dan menolak Firman Allah. Ini adalah
penyebab kegagalannya. Ketika Samuel
menegur Saul atas ketidak taatannya tetapi tidak bertobat dengan
sungguh-sungguh. Dia hanya tidak ingin
dibuat malu didepan rakyatnya karena ditinggalkan Samuel akibat dosa itu. Oleh karena itu, Tuhan menolak Saul dari
jabatan raja atas bangsa Israel.[19]
Daud sebelum dia menjadi raja bertahun – tahun Daud
mengalami kesulitan pencobaan dari tangan saul, pengalaman – pengalaman ini
membuat daud lebih percaya kepada Allah dan hal ini membuat dia bergantung
seutuhnya kepada Allah dan membuat dia menjadi orang dewasa Rohani. Tetapi Daud sebagai seorang manusia juga
mempunyai kelemahan yang menyebabkan ia jatuh dalam dosa berzinah dengan
batsyebah(II Sam 11). Walaupun kemudian
dia sungguh-sungguh bertobat(maz 51), akibat-akibat kesalahan itu sangat besar
dan membawa kemalangan baik bagi keluarga Daud sendiri, maupun bagi umat Israel
pada umumnya.[20]
Kesimpulan
Apapun
yang telah direncanakan manusia tetaplah rencana Allah yang berdaulat atas
setiap umatnya karena setiap rencana Allah merupakan berkat atas umatnya dan setiap
manusia tetap memiliki natur dosa dan dosa mendatangkan konsekuensi yang harus ditanggung
oleh pelakunya.
DAFTAR PUSTAKA
Hill.
Andrew E. John H. Walton. Survei
Perjanjian Lama. Malang: Yayasan Gandum Mas, 2008.
Weiden.
Wim van der. I.Suharyo. Pengantar kitab
suci Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius, 2000.
Ofm. C. Groenen. Pengantar
ke Dalam Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius,1992.
Blommendaal J. Pengantar
kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia,1983.
Schultz. Samuel J. Pengantar Perjanjian Lama Taurat dan Sejarah. Malang: Gandum Mas,1979.
Green.
Denis. Pengenalan Perjanjian Lama.
Malang: Yayasan Gandum Mas,1984.
Howard.
David M. Jr. Kitab-Kitab Sejarah. Malang:
Yayasan Gandum Mas,2009.
Sosipater.
DR. Karel. Etika Perjanjian Lama. Jakarta:Suara
Harapan Bangsa,2010.
[1] David M. Howard Jr,
Kitab-Kitab Sejarah (Malang: Yayasan Gandum Mas,2009), 175
[2] Denis Green, Pengenalan
Perjanjian Lama (Malang:Yayasan Gandum Mas,1984) ,87
[3] Howard Jr., 178
[4] DR. Karel Sosipater,Etika
Perjanjian Lama(Jakarta:Suara Harapan Bangsa,2010), 274
[5] Sosipater., 276
[6] Ibid., 290
[7] Andrew E. Hill,John H. Walton,Survei
Perjanjian Lama(Malang: Yayasan Gandum Mas,2008), 300
[9] C. GROENEN OFM,Pengantar ke
Dalam Perjanjian Lama(Yogyakarta: KANISIUS,1992), 147
[10] J. Blommendaal,Pengantar kepada
Perjanjian Lama(Jakarta: BPK Gunung Mulia,1983) ,80
[11] Samuel J. Schultz,Pengantar
Perjanjian Lama Taurat dan Sejarah(Malang: Gandum Mas,1979), 60
[12] Andrew E. Hill,John H. Walton,Survei
Perjanjian Lama(Malang: Yayasan Gandum Mas,2008), 301
[13] Denis Green, Pengenalan
Perjanjian Lama (Malang:Yayasan Gandum Mas,1984), 88
[14] Andrew E. Hill,John H. Walton,Survei
Perjanjian Lama(Malang: Yayasan Gandum Mas,2008), 319
[15] David M. Howard Jr,
Kitab-Kitab Sejarah (Malang: Yayasan Gandum Mas,2009), 195
[16] Ibid., 197
[17] Ibid. ,203
[18] Denis Green, Pengenalan
Perjanjian Lama (Malang:Yayasan Gandum Mas,1984), 93
[19] Ibid.
[20] Ibid. ,94